Travel

Overtourism di Jepang 2024: Lebih dari 30% Turis Asing Mengeluh

Visit Mark Twain Lake – Overtourism di Jepang 2024 telah menjadi topik pembicaraan utama, dengan lebih dari 30% turis asing mengaku mengalami masalah terkait kepadatan wisata yang tinggi. Survei terbaru mengungkapkan bahwa destinasi wisata yang penuh sesak dan perilaku buruk pengunjung telah memengaruhi pengalaman liburan banyak turis. Hasil survei ini menunjukkan bahwa meskipun Jepang terus menjadi tujuan wisata populer, fenomena overtourism semakin terasa pada 2024, menciptakan tantangan baru dalam mengelola pariwisata yang berkelanjutan.

Survei Menyoroti Masalah Overtourism di Jepang

Survei yang dilakukan antara Bank Pembangunan Jepang dan Yayasan Biro Perjalanan Jepang ini melibatkan 7.796 turis asing yang menjadi responden. Dalam survei yang dirilis pada Oktober 2024, 32% responden mengaku mengalami masalah dengan kepadatan pengunjung di beberapa destinasi wisata utama di Jepang. Angka ini meningkat dibandingkan dengan survei sebelumnya yang dilakukan pada tahun 2019, sebelum pandemi COVID-19, di mana hanya 30% turis yang merasa terganggu oleh masalah tersebut.

Tidak hanya masalah kepadatan, perilaku buruk dari beberapa wisatawan juga menjadi keluhan utama. Banyak turis yang melaporkan tindakan seperti pembuangan sampah sembarangan dan masuk ke area terlarang, yang semakin memperburuk pengalaman mereka. Hal ini menunjukkan pentingnya kesadaran wisatawan dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.

“Baca juga: Menjelajahi Keindahan Alam Indonesia: Tempat Wisata Terpopuler Tahun 2024”

Solusi untuk Mengurangi Dampak Overtourism

Meskipun tantangan ini nyata, survei juga menunjukkan adanya kemauan dari turis asing untuk membantu mengurangi dampak overtourism. Sebanyak 63% responden menyatakan kesiapan mereka untuk membayar tarif lebih tinggi di destinasi wisata dan fasilitas lainnya. Dengan maksudi apabila dapat membantu mengurangi keramaian dan melindungi sumber daya alam dan budaya di Jepang. Persentase ini meningkat signifikan dibandingkan dengan 43% pada survei 2019.

Beberapa destinasi wisata di Jepang mulai menerapkan langkah-langkah untuk mengatasi masalah overtourism. Salah satu contoh konkret adalah Gunung Fuji, yang selama ini menjadi salah satu tujuan pendakian paling populer di Jepang. Untuk mengatasi lonjakan jumlah pengunjung, pemerintah setempat telah menerapkan tarif masuk sebesar 2.000 yen (sekitar Rp218.490) dan sumbangan sukarela di Jalur Yoshida. Selain itu, sistem kuota pendaki yang membatasi maksimal 4.000 pendaki per hari juga diterapkan untuk menjaga kenyamanan dan keselamatan.

“Simak juga: Belanja Mewah di Arab Saudi: Ibu Kota Jadi Tujuan High-End Shopping di Timur Tengah”

Peluang Pariwisata Pedesaan di Jepang

Survei ini juga menyoroti potensi pariwisata pedesaan yang belum tergali sepenuhnya di Jepang. Meskipun 97% responden mengaku tertarik untuk mengunjungi daerah-daerah regional di Jepang, hanya kurang dari 10% yang benar-benar mengunjungi tempat-tempat tersebut. Ini membuka peluang besar bagi pengembangan pariwisata di luar kota besar seperti Tokyo dan Kyoto. Dimana kedua kota tersebut sering kali terpengaruh oleh overtourism.

Dengan mendorong wisatawan untuk mengeksplorasi daerah pedesaan, Jepang bisa mengurangi tekanan pada destinasi wisata utama sekaligus mendukung pengembangan ekonomi lokal. Ini akan menciptakan pengalaman wisata yang lebih seimbang dan menguntungkan bagi semua pihak, termasuk masyarakat lokal dan wisatawan itu sendiri.

Persiapan untuk World Expo 2025 Osaka

Selain masalah overtourism, Jepang juga bersiap untuk menyambut World Expo 2025 yang akan diselenggarakan di Osaka. Sekitar 72% responden yang berencana mengunjungi Jepang pada 2025 mengungkapkan minat mereka untuk menyaksikan acara global ini. Acara tersebut diharapkan dapat menarik lebih banyak wisatawan, namun juga menambah tantangan dalam mengelola jumlah pengunjung. Oleh karena itu, upaya mitigasi dampak overtourism menjadi semakin penting untuk memastikan keberlanjutan pariwisata Jepang di masa depan.

Dengan memanfaatkan peluang pariwisata regional dan menerapkan kebijakan yang bijaksana di destinasi wisata populer, Jepang dapat menciptakan pengalaman wisata yang lebih seimbang dan berkelanjutan. Sebagai destinasi yang memiliki daya tarik besar, penting bagi Jepang untuk mengelola overtourism dengan hati-hati, demi menjaga keindahan alam dan budaya yang menjadi daya tarik utama bagi turis asing.